Estetika adalah disiplin yang baru di Indonesia. Hingga kini masih sedikit tulisan-tulisan yang berkaitan dengan bidang ini. Beberapa buku tentang Estetika yang bersifat pengantar memang bermunculan pada tahun-tahun belakangan ini, tapi isinya terlalu umum bagi mereka yang memiliki minat kuat menerapkan estetika dalam penelitian seni. Istilah estetika itu kita adaptasi dari kata `aesthetics’ bahasa Inggris. Kata ‘aesthetic’, asalnya dari bahasa Yunani, ‘aesthetikos’ berarti `sesuatu yang dapat diserap ‘indera’, atau berkaitan dengan persepsi penginderaan, pemahaman, dan perasaan, lawan katanya yang lebih populer dalam penggunaan di dunia kedokteran adalah ‘anaesthetic’ , anestetik atau patirasa. Jadi, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya
Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Aristoteles lahir tahun 384 S.M. di Stagyra di daerah Thrakia, Yunani Utara. Delapan belas tahun kemudian ia masuk Akademia di Athena dan sampai 347 S.M. menjadi murid Plato. Pada 342 S.M. ia diangkat menjadi pendidik Iskandar Agung muda di kerajaan Raja Philippus dari Makedonia. Tahun 335 ia kembali ke Athena dan mendirikan sekolah yang namanya Lykaion, nama salah satu gelar dewa Apolo. Karena caranya mengajar dan caranya bertukar pikiran dengan kelompok-kelompok kecil, berlangsung sambil berjalan-jalan, maka sekolahnya dijuluki juga peripatetik, yang sebenarnya adalah pusat penelitian ilmiah. Tahun 332, setelah kematian Iskandar Agung, ia harus melarikan diri dari Athena karena ia, seperti Sokrates 80 tahun sebelumnya, dituduh menyebarkan ateisme. Ia meninggal tahun 322 S.M.
Meskipun 20 tahun menjadi murid Plato, Aristoteles menolak ajaran Plato tentang idea. Menurutnya, tidak ada idea-idea abadi. Apa yang dipahami Plato sebagai idea sesungguhnya adalah bentuk abstrak yang tertanam dalam realitas inderawi sendiri. Dari realitas inderawi konkret, akal budi manusia mengabstraksikan paham-paham abstrak yang bersifat umum. Begitu, misalnya, akal budi mengabstraksikan paham “orang” atau “manusia” dari orang-orang konkret-nyata yang kita lihat, yang masing-masing berbeda satu sama lain. Akal budi mampu untuk melihat bahwa si Azis, si Tuti, Profesor Aleksander, dan Ibu Meli sama-sama manusia, manusia dalam arti yang sepenuhnya, sepenuhnya manusia. Menurut Aristoteles, ajaran Plato tentang idea-idea merupakan interpretasi salah terhadap kenyataan bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal-hal yang empiris. Untuk menjelaskan kemampuan itu tidak perlu menerima alam idea-idea abadi. Aristtoteles menjelaskannya dengan kemampuan akal budi manusia untuk membuat abstraksi, untuk mengangkat bentuk-bentuk universal dari realitas empiris individual. Pendekatan Aristoteles adalah empiris. Ia bertolak dari realitas nyata inderawi. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian di alam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu spesial. Begitu pula, Aristoteles menolak paham Plato tentang idea Yang Ilahi, dan bahwa hidup yang baik tercapai dengan kontemplasi atau penyatuan dengan idea yang ilahi itu. Menurut Aristoteles, paham Yang Ilahi itu sedikitpun tidak membantu seorang tukang untuk mengetahui bagaimana ia harus bekerja dengan baik, atau seorang negarawan untuk mengetahui bagaimana ia harus memimpin negaranya. Jadi, tidak ada gunanya. Apa yang membuat kehidupan menusia menjadi bermutu harus dicari dengan bertolak dari realitas manusia sendiri, harus mulai dengan suatu pengamatan.
Pengaruh Filsafat keindahan dan Estetika Aristoteles
Seni menurut Aristoteles merupakan kegiatan meniru atau tiruan dari dunia, alam, benda dan manusia (konsep Mimesis dan Imitasi). Bagi Aristoteles Mimesis bersifat positif, karena dalam mimesis terdapat ide (from). Mimesis berarti representasi (representing). Selain itu juga Mimesis mimesis berarti membuat kemiripan (likeness, semblance). Mimesis merupakan penciptaan hal baru, bukan meniru yang sudah ada. hanya karya seni yang bersifat mimesis.
Kegiatan menyangkut seni pada poiesis (making), membuat yang indah = poetike techne. Aristoteles mengatakan bahwa ada dua bentuk seni, yaitu:
1. Seni Visual yaitu meniru benda nyata melalui warna dan bentuk
2. seni Drama TRAGEDI yaitu meniru kehidupan, perbuatan dan perilaku manusia
Dalam melakukan imitasi biasanya akan melibatkan Media (bisa berupa irama, bahasa/ percakapan, dan musik), lalu juga obyek (setiap karya selalu melbatkan obyek yang bisa berupa karakter/ peran, sifat dan sebagainya). Unsur lainnya adalah mode.
Karya seni menurut Aristoteles dapat dalam bentuk Tragedi, Komedi dan juga Epic (Syair tentang Kepahlawanan).
Aristoteles berpendapat bahwa manusia mempunyai “daya abstraksi” yang mampu mengabstraksi benda-benda fisik maupun mengabstraksi dirinya sendiri. Oleh dari pendapatnya itu maka ia setuju dengan pendapat Plato yang mengatakan bahwa karya seni merupakan tiruan dari benda maupun peristiwa yang terjadi di dunia nyata. Namun ia menoplak pendapat plato mengenai karya seni sebagai tiruan kedua, karena ia menolak “dunia ide” hasil pemikiran Plato. Baginya, dunia ini hanya satu yaitu dunia nyata ini (realisme).
Selengkapnya...
IDEAS 'n' SHAPE
When ideas become a shapes...it's interior arts
Pengertian dan Asal Ilmu Estetika
Aplikasi Panel Akustik Pada Sebuah Ruang
sederhana seperti menggantung permadani di dinding sampai pada
panel-panel akustik yang canggih dengan perhitungan dan material khusus.
Anda dapat merasakan perubahan kualitas suara hanya dengan menambahan
atau memindahkan bahan-bahan yang umum seperti karpet, permadani, dan
korden. Panel akustik ini tergolong murah dan sederhana, terkadang
memiliki estetika yang lebih baik dan menyenangkan. Pada tulisan ini
saya mengajak anda untuk memahami teori panel akustik dan teknik
perancangan panel akustik yang sederhana.
beberapa reaksi permukaan terhadap gelombang
suara.
1. Reaksi serap
Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya material terhadap
gelombang suara yang sampai pada permukaan material tersebut. Getaran
suara yang sampai dipermukaan turut menggetarkan partikel dan pori –
pori udara pada material tersebut. Sebagian dari getaran tersebut
terpantul kembali ke ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan
sebagian lagi di teruskan ke bidang lain dari material tersebut.
Contohnya kita dapat mendengarkan suara musik yang diputar dari ruang
sebelah kita jika dinding ruang tersebut tidak dipasangkan peredam suara.
Umumnya bahan kain, kapas, karpet dan sejenisnya memililki reaksi serap
yang lebih tinggi terhadap gelombang suara dengan frekuensi tinggi
dibandingkan dengan frekuensi rendah.
Sedangkan bahan tembok, kaca, besi, kayu umumnya meneruskan sebagian
energi gelombang nada rendah ke sisi lain dari material tersebut, dan
sebagian gelombang suara bergetarnya menjadi panas dan sebagian lagi
dipantulkan kembali ke ruang dengar.
2. Reaksi pantulan
Hampir semua permasalahan ruang dengar adalah minimnya panel akustik
pada permukaan dinding, lantai, plafon ruang tersebut. Jika permukaan
dinding, lantai dan plafon memantulkan kembali sebagian dari energi
suara maka kita akan mendengar suara pantulan. Suara pantulan ini bagai
bola ping pong yang mana pantulan suara terdengar walau suara asli telah
mati. Dalam ruang kosong anda dapat menepuk tangan anda dan mendengar
suara pantulan setelah anda menepuk tangan anda. Suara pantulan terjadi
berkali-kali dengan waktu dan bunyi yang tak teratur. Efek ini seperti
anda masuk ke rumah cermin dimana anda dapat melihat bayangan anda
berpuluh – puluh jumlahnya. Suara pantulan ini mengaburkan suara
hentakan alat musik dan memberi bunyi tambahan setelah hentakan alat musik
Lakukan eksperimen dengan menepukan tangan anda di beberapa ruang
dirumah seperti kamar mandi, ruang makan, kamar tidur dsb. Jika ruang
dengar anda memiliki suara pantulan sama dengan apa yang anda dengar
didalam kamar mandi maka anda perlu panel akustik untuk magatasi masalah
ini.
Mengatasi suara pantulan sangatlah mudah, dengan solusi sederhana yaitu
dengan meletakkan panel akustik yang berfungsi sebagai penyerap suara
yang tak diinginkan atau diffuser yang menyebarkan energi pantulan ke
berbagai arah, akan meniadakan pengulangan pantulan suara. Materialnya
bisa berupa permadani yang digantung di dinding, karpet diatas lantai,
korden pada dinding/jendela, atau material penyerap suara di dinding.
Material yang efektif untuk pengendalian suara pantulan tanpa membuat
ruang terlihat buruk adalah menggunakan bahan korden yang tipis seperti
penggunaan di airport atau ruang konferensi. Selain itu ada pula solusi
yang mahal yaitu produk khusus untuk panel akustik. Kelebihannya adalah
karakteristik penyerapannya yang sangat baik untuk mencegahan suara
pantulan tanpa menyerap banyak energi sehingga membuat ruangan “mati”.
Tiga hal yang mengurangi kualitas suara karena pantulan dinding adalah:
Pertama, Suara off-axis dari speaker tidak seakurat (ada kolorasi) suara
on-axis. Sehingga suara yang menyembur ke dinding memiliki rentang
frekuensi yang tidak rata. Jadi saat suara pantulan dari suara off axis
speaker sampai ke telinga kita maka kita akan mendengar kolorasi suara
Kedua, permukaan dinding memberikan kolorasi terhadap suara yang
dipantulkan. Misalnya jika material dinding memiliki karaker serap pada
nada tinggi tetapi tidak pada nada mid, maka suara yang terpantul hanya
pada nada mid dan kurang pada nada tinggi
Ketiga, suara langsung dan suara pantulan sampai ketelinga pendengar
dalam fase dan tempo yang berbeda.
Perbedaan waktu akibatkan jelajah suara langsung dan pantulan dapat
dihitung. Seperti kita ketahui bahwa kecepatan rambatan suara di udara
pada kecepatan 300 meter per detik, maka kita dapat menghitung selisih
waktu. Jika perbedaan jarak antara suara langsung dan suara pantulan
adalah 1,5 meter maka suara pantulan yang kita dengar memiliki
perlambatan sebesar 5 mili detik.
Fenomena ini dinamakan “comb filtering”, dimana dua buah gelombang suara
dengan selisih fase pada puncak dan lembah gelombang yang saling
meniadakan atau saling memperkuat frekuensi tertentu. Hal ini
menyebabkan kolorasi suara yang kita dengar.
Suara pantulan dinding tidak hanya mengganggu keseimbangan warna suara,
mereka juga menghancurkan image musik dan soundstage.
Pantulan suara dari lantai dan plafon turut memberi gangguan, misalnya
melemahnya suara pada nada mid, membuat suara menjadi tipis. Pantulan
suara plafon memberi pengaruh yang lebih sedikit karena jarak yang cukup
jauh dan pancaran suara yang relative lebih lemah ke arah plafon.
3. Reaksi sebar
Salah satu solusi akustik yang terbaik adalah meletakan panel serap dan
sebar (difusi) pada bidang pantul pararel. Pantulan suara dari lantai
mudah untuk diatasi dengan meletakan karpet atau permadani. Frekuensi
rendah, biasanya, tidak terserap oleh karpet atau rug, menghasilkan fase
negative pada frekuensi midbass yang saling meniadakan, akibat
interfensi suara langsung dan suara pantulan, sering disebut dengan
“Allison Affect”, diambil dari nama designer loudspeaker Roy Allison,
yaitu orang pertama mempublikasikan fenomena ini.
Perlu di ingat, jenis karpet berhubungan pula dengan kualitas suara.
Sebagai contoh karpet wool memilki suara yang lebih alami dibandingkan
dengan karpet sintetik. Karena serabut padan karpet wool memiliki
panjang dan ketebalan yang tidak sama, sehingga masing – masing serabut
menyerap frekuensi yang berbeda. Karpet sintetik, sebaliknya, terbuat
dari serabut dengan panjang dan ketebalan yang persis sama sehingga
masing – masing serabut menyerap frekuensi yang sama.
4. Beberapa teori panel akustik
Pantulan dinding seharusnya disebar (difuse) dan diserap. Panel Sebar
mengubah energi suara dari satu arah dan satu besaran menjadi ke
beberapa arah dengan beberapa besaran.
Panel sebar dapat dibuat sendiri atau dengan membeli panel sebar yang
sudah jadi. Rak buku terbuka yang penuh dengan beragam buku dengan besar
dan tebal yang berbeda adalah panel sebar yang ampuh.
Panel serap pada dinding dengan materi serap akustik. Sampai sekarang
dunia High End masih memperdebatkan solusi yang lebih baik antara
memakai panel serap atau panel sebar. Yang beranggapan panel sebar lebih
baik menggaris bawahi keuntungan penyebaran suara ke beberapa arah
dengan beberapa besaran memberikan kesan suara berada di sebuah “ruang”
dan “hawa” musik lebih mengalir. Sedang yang beranggapan panel serap
lebih baik berpendapat dengan pantulan suara melebih 20mili detik dari
suara langsung menurunkan kualitas suara yang kita dengar. Kebanyakan
pada studio rekaman ruang kontrol di rancang untuk menghasilkan sebuah
ruang “reflection free zone” (RFZ) dimana sound engineer duduk, dia
hanya mendengar suara langsung dari speaker monitor. Berdasarkan
pengalaman panel serap pada dinding kiri kanan lebih baik disbanding
dengan panel sebar, tetapi panel sebar dibelakang tempat duduk pendengar
akan lebih baik dibanding dengan panel serap. Hal ini tidak ada perdebatan.
Salah satu produk yang tepat untuk pengontrolan refleksi sisi dinding
adalah “Reflection Control Panel”yang dikembangkan oleh Acoustic
Revolutionary Technology. Sebuah panel dengan tingkat serapan yang baik.
Panel ini dapat di set secara sederhana, pada titik pantul di dinding,
panel ini mencegah pantulan suara pertama.
Cara menentukan titik pantul sangatlah mudah, dengan bantuan seorang
kawan dan sepotong cermin anda dapat menentukan titik pantulan dengan
mudah. Minta teman anda untuk memegang cermin dan anda duduk di posisi
dengar. Minta teman anda untuk meletakkan cermin pada dinding sampai
anda dapat melihat posisi driver speaker anda. Berikan tanda pada titik
tersebut dan ulangi prosedur ini berualang kali sampai anda mendapatkan
semua titik pantul.
Panel akustik yang diletakan pada titik pantul dapat memperbaiki tata
panggung musik. Dinding akan memantulkan suara dari sisi kanan dan sisi
kiri speaker. Suara pantulan speaker kiri dari dinding sebelah kanan
mengaburkan tata panggung musik dan kelebaran panggung musik. Suara
pantulan seperti ini kerap disebut “Acoustic crosstalk”; kita tidak mau
telinga kiri kita mendengar pantulan suara speaker kanan.
Catatan tambahan panel akustik yang di letakan dengan sedikit jarak dari
dinding menciptakan bidang yang lebih luas disbanding panel akustik yang
di tempel ke dinding. Jarak antara panel akustik dan dinding menyebabkan
bidang tambahan akustik, membuat kerja panel serap menjadi lebih baik.
Teknik ini dapat diterapkan ke semua bidang pantul di ruang dengar.
5. Membuat panel serap nada rendah
Bass berdengung dan tebal sangat sering di temukan dan sangat sukar di
atasi. Hal ini terjadi akibat pertama adalah dari resonansi ruang (baca
artikel akustik kami yang pertama), kedua adalah penempatan speaker yang
tidak benar (baca artikel akustik kami yang ketiga), ketiga adalah
minimnya panel serap frekuensi rendah di ruang dengar.
Jika masalah bass tetap terjadi walau telah dilakukan perletakan speaker
secara benar atau anda telah mengubah dimensi ruang dengar anda sehingga
tidak ada penggemukan bass akibat resonansi ruang, maka solusinya adalah
dengan menambahkan panel serap frekuensi rendah. Panel serap ini
mencegah pantulan nada rendah kembali ke ruangan yang menyebabkan suara
bass langsung bercampur dengan suara bass pantulan.
Teori dasar penyerapan frekuensi rendah adalah mengubah energy nada
rendah menjadi bentuk energi lain yaitu energi panas. Panel serap nada
rendah dapat di beli yang sudah jadi seperti Acourete – Corner
Correction, yang dibuat dengan material dan design khusus yang dapat
cocok di letakan di ruang dengar.
Atau anda dapat membuat sendiri panel ini dengan biaya yang relatif
murah. Panel ini, disebut panel Air Suspension, memiliki daya serap yang
tinggi pada frekuensi rendah. Panel serap dapat dibuat tersendiri atau
menempel ke dinding. Pertama – tama buat bingkai kayu dengan ukuran 1200
mm x 2400 mm di pantek ke dinding. Setelah itu bubuhkan silicon siler
pada siku – siku antara kayu dan dinding sampai kedap udara, setelah itu
isi rongga tersebut dengan material penyerap suara seperti Acourete
Fiber. Lalu, tutup rangka kayu tersebut dengan selembar plywood atau
Acourete Board. Buatlah lubang – lubang keci pada lembaran panel. Kini
anda telah memiliki panel serap nada rendah.
Ada beberapa panel serap yang tidak dilubangi, hanya menggunakan
lembaran tipis yang bergetar jika menerima gelombang suara. Frekuensi
serap dapat di sesuaikan dengan mengatur volume rongga udara di dalam
panel, rongga berukuran 60cmx120cm, 60cmx240cm, 60cmx300cm, atau
60cmx360cm dengan ketebalan panel. Bahan serap high density di rongga
panel berfungsi memperluas kemampuan redam pada frekuensi yang lebih
lebar. Kita dapat mengatur rentang frekuensi serap dari nada paling
rendah ke nada mid dengan mengatur besaran ketebalan x luas panel rongga
panel dan jumlah dan ukuran lubang. Kebanyakan ruang dengar memerlukan
penyerapan bass, tetapi panel serap dapat pula diatur untuk menyerap
frekuensi tertentu saja untuk meminimalkan masalah resonansi ruang.
Panel serap yang independent dapat dibangun dengan cara yang sama,
dengan landasan material yang kokoh, misalnya 20mm triplek. Untuk
perhitungan detail panel serap dapat ditemukan di buku yang di karang
oleh F.Alton Everest’s The Master Handbook of Acoustics.
Cara lain untuk membuat panel serap frekuensi rendah adalah dengan
membuat rongga pada dinding, lalu ditutup dengan material serap.
Struktur ini kerap disebut “quarter wavelength trap”. Panel serap ini
memiliki frekuensi serap pada ¼ frekuensi gelombang suara.
Rumus perhitungan frekuensi serap adalah:
F = 300/4D
F= adalah nada yang di serap (dalam Hz)
300 (meter/detik) adalah kecepatan suara (berbeda-beda tergantung suhu
udara)
D = ketebalan rongga (dalam meter)
Jika membuat rongga dengan ketebalan 0.6 meter maka frekuensi serapnya
adalah:
F = 300/ 4 x 0.6 = 125 Hz
Selain itu frekuensi serap terjadi pada harmoni pertama, kedua, ketiga dst:
harmoni ke dua 250 Hz, harmoni ke tiga kedua: 375 HZ, harmoni ke tiga:
500Hz dan seterusnya.
Sekilas Mengenai Fungsi dan Aplikasi Plafond
Plafond atau langit-langit adalah bagian dari bangunan yang merupakan pelengkap dari konstruksi atap (pembatas dari bangunan dengan konstruksi atap). Fungsi utama dari plafond adalah sebagai penahan perambatan panas dari atap.
Pada bangunan dengan penutup atap genteng, masih terdapat banyak celah yang dapat mengurangi panas. Pada penutup atap asbes, rongga atap akan menyerap panas. Fungsi Plafond 1. Sebagai Peredam Panas Penggunaan plafond untuk mengurangi panas pada bangunan dapat dilakukan dengan cara: • Menggunakan ventilasi (bukaan) pada atap diatas langit-langit dengan menggunakan atap bertingkat, lubang dan atau jendela pada sofi-sofi atau bagian atap lainnya. • Dengan melapisi bagian bawah penutup atap dengan bahan isolasi panas (misalnya: alumunium voil). 2. Sebagai Akustik (Penahan Suara) Fungsi langit-langit/plafond sebagai akustik atau penahan suara yang dimaksudkan adalah sebagai pengatur kondisi suara, penyerapan dan pemantulannya.
• Penahan suara pada bangunan bertingkat • Sebagai akustik pada bangunan gedung pertunjukan (teater, bioskop, dll). 3. Sebagai Finishing (Elemen Keindahan) Plafond sebagai elemen keindahan dan finishing antara lain: • Elemen dekorasi dan pembentuk ruang • Untuk penempatan titik lampu • Penutup Instalasi listrik, AC dan utilitas lainnya.
Selengkapnya...